Selasa, 13 Agustus 2013

“What are you doing NOW ?”

 Sebuah konsep tentang waktu dan keefektifan hidup

“What are you doing now?” atau “Apa yang kamu kerjakan sekarang?” mungkin merupakan salah satu pertanyaan yang sulit dan bahkan tak bisa dijawab. Karena pada akhirnya hanya satu pribadi yang bisa menjawabnya.

Secara hurufiah ketika kita ‘akan’ menjawab pertanyaan ini, momennya pasti sudah tidak ‘sekarang’lagi. Jadi, tak bisa lagi dikatakan menjawab pertanyaan ‘sekarang’ yang dimaksud tadi. Maksudnya, waktu sekarang berlalu sangat cepat. Kita semua tahu bahwa satuan waktu terkecil yang dipakai manusia untuk mengukur waktu adalah ‘detik’. Dalam ilmu fisika, detik atau sekon didefinisikan sebagai rentang waktu yang dibutuhkan atom Cessieum (Cs-133) untuk bergetar sebanyak  9.192.631.770 kali pada suhu 0 derajat Kelvin.

Secara filosofis, pertanyaan ini berarti mempertanyakan sebuah kegiatan yang kita lakukan dalam suatu rentang waktu tertentu. Bisa satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, satu abad ataupun satu kehidupan. Sebuah rentang waktu menjadi pembatas yang jelas untuk menjelaskan pertanyaan ini.Ya, pengertian kita mengenai waktu akan membantu untuk menjawab pertanyaan ini.

Dalam kehidupan, kita banyak menemukan banyak slogan mengenai waktu. Salah satu yang sangat menarik bagi saya ialah slogan, “Waktu adalah Emas” atau “Waktu adalah uang”. Dari satu sisi kita seakan mengerti bahwa slogan ini ‘benar’ karena mengingatkan kita bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Secara pribadi, sampai tahap ini saya setuju. Bahwa memang waktu adalah entitas yang berharga. Ia memiliki sifat yang unik. Karena ia tidak akan pernah kembali lagi. Ia berjalan lurus. Ia memberikan jatah yang sama bagi semua orang, baik orang kaya, orang miskin,pejabat, rakyat jelata, ilmuwan, gelandangan. Ya, semua mendapat bagian yang sama, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Tapi jika pengertian kita hanya berhenti sampai di sini, maka hidup kita (yang ada dalam suatu rentang tertentu) akan sia-sia pada akhirnya. Karena kenyataannya, emas, uang tidak akan membahagiakan atau menyelamatkan manusia, faktanya malah ‘mencelakakan’ manusia.

Pertanyaan pada judul di atas sangat berkaitan erat dengan pertanyaan “untuk apa kita hidup di dunia ini?” Jika kita menganggap bahwa hidup ini adalah milik kita sendiri, maka kita pun akan menjalankan hidup kita ‘seenak jidat’. Dan hal ini akan membawa kita kepada kebinasaan.

Dalam kitab Yohanes, TUHAN jelas menunjukkan konsep waktu dalam hubungannya dengan untuk apa kita hidup. “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja” (Yoh 9:4). Di sini dengan jelas kita dapat menangkap bahwa hidup kita ini bukanlah milik kita lagi, melainkan milik-Nya; untuk itu kita perlu mengerjakan pekerjaan bagi-Nya. Ya, Ia rindu agar anak-anak-Nya ‘menggunakan’ hidupnya dengan efektif untuk mengerjakan pekerjaan yang memuliakan nama-Nya. Dan ironisnya, semua itu ada batas waktunya, yaitu “selagi masih siang.”

Berkaca dari Firman ini, saya pribadi diingatkan untuk terus berusaha ‘menebus’ waktu yang dianugerahkan kepada saya untuk hidup dan menjadi berarti. Waktu yang ada terlalu berharga untuk mengerjakan hal-hal yang tidak berguna dan sia-sia. Ia tidak akan kembali lagi, atau berjalan memelan. Oleh karena itu, sebagai anak-anakyang hidup dalam anugerah-Nya seharusnya kita terus bergumul untuk mempersembahkan ‘waktu’ yang bisa dipertanggung-jawabkan.

Saya berandai, jika pada suatu saat Allah meminta pertanggungjawaban akan waktu yang telah Ia berikan. Betapa menyesalnya saya jika selama saya hidup, saya banyak membuang-buang waktu atau bahkan tidak melakukan apa-apa.

C. S. Lewis dalam bukunya “Mere Christianity”, membukakan kepada saya bahwa Allah berada di atas konsep dan rentang waktu. Ia tidak berada dalam waktu. Ia berada di atas waktu. Bagi-Nya, semua waktu yang ada adalah SEKARANG.Bagi-Nya tidak ada istilah kemarin atau besok atau yang akan datang. Jadi, ketika Ia bertanya kepada umatnya, “What are you doing now?” sesungguhnya Ia sedang bertanya mengenai keseluruhan hidup kita. Apa yang telah kita lakukan selama hidup kita? Pada akhirnya pertanyaan ini akan mendrive kita untuk menyadari betapa berharganya waktu yang ada dan bagaimana kita bergumul untuk selalu memberikan yang terbaik. Ya, memberikan yang TERBAIK untuk "Sang Pemberi waktu" (Kol 3:23).

Salam dalam anugerah-Nya -

Samuel Perintis Hutahaean 26th Guru - July 10, 2013 at 11:32pm