Kamis, 28 November 2013

Touching lives with LIFE

“Guru yang paling hebat adalah guru yang menginspirasi siswanya”

“Menginspirasi hidup (menyentuh hidup) tidak bisa dilakukan dengan teori,karena hidup hanya bisa disentuh dengan hidup.”

Mengapa banyak ’pekerjaan’ guru yang sebenarnya (jika kita mencermati)tidak mencapai target utama (ultimate purpose)? Karena mungkin beberapa guru hanya puas pada hal-hal yang kelihatan saja, seperti anak jadi pintar, nilainya naik, sikapnya lebih manis,dll. Apakah benar-benar sudah cukup jika sudah mencapai demikian? Pertanyaan ini terlebih mengena lagi bagi Guru Kristen, apakah yang lebih perlu kita lakukan daripada pencapaian hal-hal di atas, yang bisa mencerminkan pertanggungjawaban kita akan kata ”Kristen” yang menempel pada kata ”Guru”? Warna apakah yang menjadi pembeda yang signifikan?

Arti Guru Kristen bagi saya bukan hanya sekedar mampu menjelaskan(memberitahu) tentang adanya Allah Tritunggal, atau mengajarkan apa itu dosa,keselamatan, penebusan, dll. Semua hal-hal tersebut hanya akan tetap menjadi sekedar ”transfer knowledge”, seperti memberitahu bahwa ada gaya gravitasi dan bagimana tanaman berkembang biak.

Bagi saya, ”PR tertinggi” bagi seorang Guru Kristen adalah bagaimana siswa ’melihat’ bahwa guru-guru mereka menghidupi dengan sungguh-sungguh hidup yang sesuai Firman mau. Jika ’terjadi’ demikian pada akhirnya siswa akan mampu merefleksikan diri mereka di hadapan Penciptaa mereka, melalui segala sesuatu yang ia ciptakan, termasuk Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (iptek). Ya, bagaimana simurid memahami apa yang menjadi kerinduan Pencipta terhadap diri mereka. Yaituuntuk mengerjakan pekerjaan baik selagi masih siang (Yoh 9:4). Pertanggungjawaban hidup yang memuliakan naman-Nya.

Ketergugahan biasanya dimulai dari apa yang mengusik kenyamanan seseorang. Bagisaya kenyamanan tersebut adalah sebuah entitas hidup yang terus bergerak. Dan kecelakaan terjadi ketika entitas yang adalah hidup itu menjadi diam (baca: mati). Ketergugahantadi hanya bisa disentuh oleh hidup yang juga hidup. Di sinilah kunci yang menjadikan peran seorang Guru Kristen menjadi pembeda.

Seharusnya hidup Guru-guru Kristen mampu menjadi dampak/inspirasi bagi siswanya. Ya, bagaimana hidup kita (yang Tuhan izinkan untuk kita alamiterlebih dahulu dibandingkan siswa) bisa menyentuh hidup mereka. Bukan karena hidup kita (sebagai guru mereka) adalah hidup yang luar biasa atau ”diberkati”Tuhan secara heran, tetapi karena memang kita menyadari bahwa hidup kita pun merupakan serangkaian ”tenunan” Allah yang indah untuk kemuliaan nama-Nya (His Pleasure). Dengan demikian juga,kita memahami bahwa tidak ada pengalaman hidup yang sia-sia, terlebih jika semuanya sudah ditakhlukkan di bawah gambar besar Sang Penenun Agung.

Oleh karena itu, marilah kita, sebagai Guru Kristen, kita terus menyentuh hidup (para siswa) dengan hidup kita. Sekali lagi bukan karena hidup guru tersebut yang luar biasa, tetapi karena kita menyadari campur tangan karya kasih Sang Penenun Agung di dalamnya. Karena pada dasarnya, kita pun terlebih dahulu tersentuh oleh hidup yang sempurna yang telah ditunjukkan langsung oleh Sang Anak Manusia. Dengan demikian, ultimet purpose pun akan dihidupi secara langsung oleh para siswa dan akhirnya memberikan dampak bagi kehidupan secara nyata. Seharusnya.

Mari kita berefleksi sejenak mengenai bagaimana menyentuh hidup dengan hidup itu terjadi:

1. Bagaimana mungkin hidup siswa bisa tersentuh ketika guru menasehati siswa untuk tidak merokok sambil sang guru menghisap rokok di tangannya?

2. Bagaimana siswa putri mau mengerti bagaimana menjaga kekudusan, sementara mereka melihat guru mereka keluar mall dengan mengenakan hot pan atau tank top?

3. Bagaimana siswa putra mau menghargai lawan jenisnya, ketika iamenyaksikan bagaimana gurunya bergonta-ganti pacar seenaknya?

4. Bagaimana siswa mau mengerti bagaimana menghidupi hidup yang sederhana sementara mereka melihat guru mereka selalu membeli gadget terbaru yang selalu mereka bawa kemana-mana?

5. Bagaimana siswa mau belajar untuk tepat waktu, ketika mereka melihat guru mereka selalu terlambat dalam menghadiri sebuah acara?

6. Bagaimana siswa mau belajar berkata-kata dengan sopan jika mereka mendengar guru mereka selalu mengatakan hal-hal yang tidak pantas?

7. Bagaimana siswa mau belajar dengan rajin dan tekun sementara mereka melihat guru-guru mereka sangat bergumul untuk membaca satu buku dalam setahun?

8. Bagaimana siswa mau mencontoh untuk berbagi kasih, jika mereka menyaksikan guru-guru mereka hanya mengejar keuntungan pribadi?

9. Bagaimana siswa mau membaca Alkitab, sementara mereka tahu bahwa bahwa guru mereka hanya memegang Alkitab saat devosi pagi di sekolah?

10. Bagaimana siswa mau belajar tenang, ketika mereka melihat gurunya adalah satu-satunya di kelas yang tidak bisa tenang?

11. Bagimana siswa mau meghormati orang tua mereka, ketika mereka tahu, bahwa guru mereka masih menyimpan kepahitan kepada orang tua mereka?

12. Bagaimana siswa mau menghargai orang lain, ketika mereka mendengar guru-guru mereka membicarakan kejelekan rekan sekerja mereka?

13. Bagaimana siswa mampu bercita-cita tinggi ketika mereka melihat bahwa apa yang guru mereka lakukan sekarang adalah karena keterpaksaan?

Yakobus 3:1 - - Saudara-saudaraku,janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.

Jumat, 25 Oktober 2013

Beautiful In His Time

 Suatu hari ada seorang anak laki laki, ia memiliki impian untuk menjadi tentara angkatan darat, anak ini memiliki kemampuan yang cukup untuk dibawanya kemanapun ia mau. Ia sangat bersyukur karena ia menjadi anak yang takut akan Tuhan, ia berharap impiannya itu menjadi kenyataan. Ketika saatnya tiba, untuk dia bergabung di angkatan darat, ia di tolak karena memiliki telapak kaki yang rata. Setelah berulang kali berusaha, ia pun melepaskan hasrat untuk menjadi angkatan darat dan untuk hal itu ia menyalahkan Tuhan karena tidak menjawab doanya, ia merasa sendiri dengan perasaan yang kalah, dan di atas segalanya rasa amarah yang belum pernah dialaminya.

Amarah yang ditujukan kepada Tuhan. ia tahu Tuhan itu ada tapi tidak mempercayaiNya sebagai orang sahabat tetapi sebagai seorang tiran ( penguasa yang lalim ). ia mulai tidak berdoa bahkan melangkahkan kakinya di gereja. seperti biasa orang-orang membicarakan Tuhan yang maha pengasih sedangkan ia mengejek dan memberikan pertanyaan yang membuat orang percaya itu kebingungan.
ia kemudian masuk perguruan tinggi dan menjadi dokter , dan beberapa tahun kemudian ia menjadi ahli bedah handal. ia menjadi pelopor dalam pembedahan yang beresiko tinggi, di mana tidak memiliki kesempatan hidup lagi jika tidak ditangani oleh ahli bedah muda ini. sekarang semua pasiennya memiliki kesempatan hidup yang baru.

Selama bertahun-tahun ia dapat menangani beribu-ribu jiwa , baik anak-anak maupun orang dewasa. semua orang tua sekarang bahagia karena dapat hidup bersama putra putrinya yang telah lahir baru, para ibu dapat mengasihi keluarganya kembali, dan seorang ayah yang hancur hatinya karena tidak ada yang memelihara keluarganya atas kematiannya, telah di beri kesempatan baru.

Setelah ia menjadi tua dan ia melatih para ahli lain yang bercita-cita tinggi dengan tehnik bedah barunya, dan lebih banyak lagi jiwa yang diselamatkan. suatu hari ia menutup matanya dan menjumpai Tuhan, disitu masih penuh dengan kebencian, pria itu bertanya kepada Tuhan, mengapa doaku tidak pernah dijawab, dan Tuhan berkata "pandanglah kelangit anakKu, impianmu menjadi kenyataan. Disana ia dapat melihat dirinya sendiri yang berdoa untuk bisa menjadi prajurit. Disana ia SOMBONG dan AMBISIUS, dengan pandangan mata seakan-akan ia nanti akan memimpin sebuah resimen. Ia kemudian dipanggil untuk menikuti peperangannya yang pertama, saat itu ia berada dikamp digaris depan dan bom jatuh sehingga membunuhnya.
Ia dimasukkan kedalam peti dan dikembalikan kepada keluarganya.
semua ambisinya hancur berkeping-keping , ketika keluarganya menangis dan terus menangis.
lalu Tuhan berkata "lihatlah rencanaKu, telah terpenuhi walaupun engkau tidak setuju". sekali lagi ia memandang kelangit, disana ia memperhatikan kehidupannya hari demi hari, berapa banyak jiwa yang telah diselamatkannya. ia melihat senyum di wajah pasien dan keluarganya.

Kemudian diantara pasiennya, ia melihat seorang anak laki-laki yang sama ingin menjadi prajurit kelak.
namun sayangnya dia terbaring sakit, ia melihat bagaimana ia menyelamatkan anak laki-laki itu melalui pembedahannya.
sekarang anak laki-laki itu telah dewasa dan menjadi jendral. dia bisa menjadi jendral setelah ahli bedah itu menyelamatkannya.

Sampai disitu ia mengetahui bahwa Tuhan selalu bersamanya, ia mengerti bahwa Tuhan telah memakai menjadi alatNya, untuk menyelamatkan beribu-ribu jiwa.
dan memberikan masa depan kepada anak laki-laki yang ingin menjadi prajurit itu.

Selasa, 13 Agustus 2013

“What are you doing NOW ?”

 Sebuah konsep tentang waktu dan keefektifan hidup

“What are you doing now?” atau “Apa yang kamu kerjakan sekarang?” mungkin merupakan salah satu pertanyaan yang sulit dan bahkan tak bisa dijawab. Karena pada akhirnya hanya satu pribadi yang bisa menjawabnya.

Secara hurufiah ketika kita ‘akan’ menjawab pertanyaan ini, momennya pasti sudah tidak ‘sekarang’lagi. Jadi, tak bisa lagi dikatakan menjawab pertanyaan ‘sekarang’ yang dimaksud tadi. Maksudnya, waktu sekarang berlalu sangat cepat. Kita semua tahu bahwa satuan waktu terkecil yang dipakai manusia untuk mengukur waktu adalah ‘detik’. Dalam ilmu fisika, detik atau sekon didefinisikan sebagai rentang waktu yang dibutuhkan atom Cessieum (Cs-133) untuk bergetar sebanyak  9.192.631.770 kali pada suhu 0 derajat Kelvin.

Secara filosofis, pertanyaan ini berarti mempertanyakan sebuah kegiatan yang kita lakukan dalam suatu rentang waktu tertentu. Bisa satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, satu abad ataupun satu kehidupan. Sebuah rentang waktu menjadi pembatas yang jelas untuk menjelaskan pertanyaan ini.Ya, pengertian kita mengenai waktu akan membantu untuk menjawab pertanyaan ini.

Dalam kehidupan, kita banyak menemukan banyak slogan mengenai waktu. Salah satu yang sangat menarik bagi saya ialah slogan, “Waktu adalah Emas” atau “Waktu adalah uang”. Dari satu sisi kita seakan mengerti bahwa slogan ini ‘benar’ karena mengingatkan kita bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Secara pribadi, sampai tahap ini saya setuju. Bahwa memang waktu adalah entitas yang berharga. Ia memiliki sifat yang unik. Karena ia tidak akan pernah kembali lagi. Ia berjalan lurus. Ia memberikan jatah yang sama bagi semua orang, baik orang kaya, orang miskin,pejabat, rakyat jelata, ilmuwan, gelandangan. Ya, semua mendapat bagian yang sama, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Tapi jika pengertian kita hanya berhenti sampai di sini, maka hidup kita (yang ada dalam suatu rentang tertentu) akan sia-sia pada akhirnya. Karena kenyataannya, emas, uang tidak akan membahagiakan atau menyelamatkan manusia, faktanya malah ‘mencelakakan’ manusia.

Pertanyaan pada judul di atas sangat berkaitan erat dengan pertanyaan “untuk apa kita hidup di dunia ini?” Jika kita menganggap bahwa hidup ini adalah milik kita sendiri, maka kita pun akan menjalankan hidup kita ‘seenak jidat’. Dan hal ini akan membawa kita kepada kebinasaan.

Dalam kitab Yohanes, TUHAN jelas menunjukkan konsep waktu dalam hubungannya dengan untuk apa kita hidup. “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja” (Yoh 9:4). Di sini dengan jelas kita dapat menangkap bahwa hidup kita ini bukanlah milik kita lagi, melainkan milik-Nya; untuk itu kita perlu mengerjakan pekerjaan bagi-Nya. Ya, Ia rindu agar anak-anak-Nya ‘menggunakan’ hidupnya dengan efektif untuk mengerjakan pekerjaan yang memuliakan nama-Nya. Dan ironisnya, semua itu ada batas waktunya, yaitu “selagi masih siang.”

Berkaca dari Firman ini, saya pribadi diingatkan untuk terus berusaha ‘menebus’ waktu yang dianugerahkan kepada saya untuk hidup dan menjadi berarti. Waktu yang ada terlalu berharga untuk mengerjakan hal-hal yang tidak berguna dan sia-sia. Ia tidak akan kembali lagi, atau berjalan memelan. Oleh karena itu, sebagai anak-anakyang hidup dalam anugerah-Nya seharusnya kita terus bergumul untuk mempersembahkan ‘waktu’ yang bisa dipertanggung-jawabkan.

Saya berandai, jika pada suatu saat Allah meminta pertanggungjawaban akan waktu yang telah Ia berikan. Betapa menyesalnya saya jika selama saya hidup, saya banyak membuang-buang waktu atau bahkan tidak melakukan apa-apa.

C. S. Lewis dalam bukunya “Mere Christianity”, membukakan kepada saya bahwa Allah berada di atas konsep dan rentang waktu. Ia tidak berada dalam waktu. Ia berada di atas waktu. Bagi-Nya, semua waktu yang ada adalah SEKARANG.Bagi-Nya tidak ada istilah kemarin atau besok atau yang akan datang. Jadi, ketika Ia bertanya kepada umatnya, “What are you doing now?” sesungguhnya Ia sedang bertanya mengenai keseluruhan hidup kita. Apa yang telah kita lakukan selama hidup kita? Pada akhirnya pertanyaan ini akan mendrive kita untuk menyadari betapa berharganya waktu yang ada dan bagaimana kita bergumul untuk selalu memberikan yang terbaik. Ya, memberikan yang TERBAIK untuk "Sang Pemberi waktu" (Kol 3:23).

Salam dalam anugerah-Nya -

Samuel Perintis Hutahaean 26th Guru - July 10, 2013 at 11:32pm

Kamis, 25 Juli 2013

TILL DEATH DO APART

Semuanya berawal dari sebuah rumah mewah di pinggiran desa, yg mana hiduplah disana sepasang suami istri, sebut saja Pak Andre dan Bu Rina.
Pak Andre adalah anak tunggal keturunan orang terpandang di desa itu, sedangkan Bu Rina adalah anak orang biasa. Namun demikian kedua orang tua Pak Andre, sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena selain rajin, patuh dan taat beribadah, Bu Rina juga sudah tidak punya saudara dan orang tua lagi. Mereka semua menjadi salah satu korban gempa beberapa tahun yg lalu.

Sekilas orang memandang, mereka adalah pasangan yg sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini. Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akibatnya Pak Andre putus asa hingga walau masih sangat cinta, dia berniat untuk menceraikan sang istri, yg dianggabnya tidak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasi. Setelah melalui perdebatan sengit, dengan sangat sedih dan duka yg mendalam, akhirnya Bu Rina pun menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.
Sambil menahan perasaan yg tidak menentu, suami istri itupun menyampaikan rencana perceraian tersebut kepada orang tuanya. Orang tuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi tampaknya keputusan Pak Andre sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan Bu Rina.
Setelah berdebat cukup lama dan alot, akhirnya dengan berat hati kedua orang tua itu menyetujui perceraian tersebut dengan satu syarat, yaitu agar perceraian itu juga diselenggarakan dalam sebuah pesta yg sama besar seperti besarnya pesta saat mereka menikah dulu.
Karena tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.
Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan. Saya berani sumpah bahwa itu adalah sebuah pesta yg sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yg hadir. Pak Andre nampak tertekan, stres dan terus menenggak minuman beralkohol sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara Bu Rina tampak terus melamun dan sesekali mengusap air mata nelangsa di pipinya.
Di sela mabuknya itu tiba-tiba Pak Andre berdiri tegap dan berkata lantang, “Istriku, saat kamu pergi nanti… ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau apapun itu yg kamu suka dan kamu sayangi selama ini..!”

Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.
Keesokan harinya, seusai pesta, Pak Andre terbangun dengan kepala yg masih berdenyut-denyut berat. Dia merasa asing dengan keadaan disekelilingnya, tak banyak yg dikenalnya kecuali satu. Rina istrinya, yg masih sangat ia cintai, sosok yg selama bertahun-tahun ini menemani hidupnya.
Maka, dia pun lalu bertanya,
“Ada dimakah aku..? Sepertinya ini bukan kamar kita..? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi..? Tolong jelaskan…”
Bu Rina pun lalu menatap suaminya penuh cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab,
“Suamiku… ini dirumah peninggalan orang tuaku, dan mereka itu para tetangga. Kemaren kamu bilang di depan semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yg aku mau dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barangpun yg berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu..!”

Dengan perasaan terkejut setelah tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Pak Andre pun lalu bangun dan kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Bu Rina pun hanya bisa pasrah tanpa mampu membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas, lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.
“Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun…”  Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya.

Jumat, 10 Mei 2013

Semangat dan Kehangatan

  Brian adalah seorang dokter terkenal dan dihormati, melalui tangannya sudah tak terhitung nyawa yang diselamatkan, dia tinggal disebuah kota tua di Prancis. 20 tahun yang lalu dia adalah seorang narapidana, kekasihnya mengkhianati dia lari kepelukan lelaki lain, karena emosinya dia melukai lelaki tersebut, maka dia dari seorang mahasiswa di universitas terkenal menjadi seorang narapidana, dia dipenjara selama 3 tahun.

Setelah dia keluar dari penjara, kekasihnya telah menikah dengan orang lain, karena statusnya sebagai bekas narapidana menyebabkannya ketika melamar pekerjaan menjadi bahan ejekan dan penghinaan. 
Dalam keadaan sakit hati, Brian memutuskan akan menjadi perampok. Dia telah mengincar di bagian selatan kota ada sebuah rumah yang akan menjadi sasarannya, para orang dewasa dirumah tersebut semuanya pergi bekerja sampai malam baru pulang kerumah, didalam rumah hanya ada seorang anak kecil buta yang tinggal sendirian.
Dia pergi kerumah tersebut mencongkel pintu utama membawa sebuah pisau belati, masuk kedalam rumah, sebuah suara lembut bertanya, “Siapa itu?” Brian sembarangan menjawab, “Saya adalah teman papamu, dia memberikan kunci rumah kepadaku.”
Anak kecil ini sangat gembira, tanpa curiga berkata, “Selamat datang, namaku Ray, tetapi papaku malam baru sampai ke rumah, paman apakah engkau mau bermain sebentar dengan saya?” Dia memandang dengan mata yang besar dan terang tetapi tidak melihat apapun, dengan wajah penuh harapan, di bawah tatapan memohon yang tulus, Brian lupa kepada tujuannya, langsung menyetujui.
Yang membuat dia sangat terheran-heran adalah anak yang berumur 8 tahun dan buta ini dapat bermain piano dengan lancar, lagu-lagu yang dimainkannya sangat indah dan gembira, walaupun bagi seorang anak normal harus melakukan upaya besar sampai ke tingkat seperti anak buta ini.
setelah selesai bermain piano anak ini melukis sebuah lukisan yang dapat dirasakan didalam dunia anak buta ini, seperti matahari, bunga, ayah-ibu, teman-teman, dunia anak buta ini rupanya tidak kosong, walaupun lukisannya kelihatannya sangat canggung, yang bulat dan persegi tidak dapat dibedakan, tetapi dia melukis dengan sangat serius dan tulus.
“Paman, apakah matahari seperti ini?” Brian tiba-tiba merasa sangat terharu, lalu dia melukis di telapak tangan anak ini beberapa bulatan, “Matahari bentuknya bulat dan terang, dan warnanya keemasan.”
“Paman, apa warna keemasan itu?” dia mendongakkan wajahnya yang mungil bertanya, Brian terdiam sejenak, lalu membawanya ketempat terik matahari, “Emas adalah sebuah warna yang sangat vitalitas, bisa membuat orang merasa hangat, sama seperti kita memakan roti yang bisa memberi kita kekuatan.”
Anak buta ini dengan gembira dengan tangannya meraba ke empat penjuru, “Paman, saya sudah merasakan, sangat hangat, dia pasti akan sama dengan warna senyuman paman.” Brian dengan penuh sabar menjelaskan kepadanya berbagai warna dan bentuk barang, dia sengaja menggambarkan dengan hidup, sehingga anak yang penuh imajinatif ini mudah mengerti. Anak buta ini mendengar ceritanya dengan sangat serius, walaupun dia buta, tetapi rasa sentuh dan pendengaran anak ini lebih tajam dan kuat daripada anak normal, tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat.
Akhirnya, Brian teringat tujuan kedatangannya, tetapi dia tidak mungkin lagi merampok. Hanya karena kecaman dan ejekan dari masyarakat dia akan melakukan kejahatan lagi, berdiri di hadapan Ray, dia merasa sangat malu, lalu dia menulis sebuah catatan untuk orang tua Ray,
“Tuan dan nyonya yang terhormat, maafkan saya mencongkel pintu rumah kalian, kalian adalah orang tua yang hebat, dapat mendidik anak yang demikian baik, walaupun matanya buta, tetapi hatinya sangat terang, dia mengajarkan kepada saya banyak hal, dan membuka pintu hati saya.”
Tiga tahun kemudian, Brian menyelesaikan kuliahnya di universitas kedokteran, dan memulai karirnya sebagai seorang dokter.
Enam tahun kemudian, dia dan rekan-rekannya mengoperasi mata Ray, sehingga dia bisa melihat keindahan dunia ini, kemudian Ray menjadi seorang pianis terkenal, yang mengadakan konser ke seluruh dunia, setiap mengadakan konser, Brian akan berusaha menghadirinya, duduk disebuah sudut yang tidak mencolok, mendengarkan music indah menyirami jiwanya yang dimainkan oleh seorang pianis yang dulunya buta.
Refleksi:
Ketika Brian mengalami kekecewaan terhadap dunia dan kehidupannya, semangat dan kehangatan Ray kecil yang buta ini yang memberikan kehangatan dan kepercayaan diri kepadanya, Ray kecil yang tinggal didalam dunia yang gelap, sama sekali tidak pernah putus asa dan menyia-nyiakan hidupnya, dia membuat orang menyadari betapa besar vitalitas dalam hidup ini, vitalitas dan semangat ini menyentuh ke dasar hati Brian.
"Cinta dan harapan akan dapat membuat seseorang kehilangan niat melakukan kejahatan, sedikit harapan mungkin bisa menyembuhkan seorang yang putus asa, atau bahkan bisa mengubah nasib kehidupan seseorang atau kehidupan banyak orang, seperti Brian yang telah membantu banyak orang, ketika mengalami putus asa maka bukalah pintu hatimu, maka cahaya harapan akan menyinari hatimu".

Selasa, 19 Februari 2013

Kisah Seorang Pelukis

Suatu hari seorang pelukis terkenal sedang menyelesaikan lukisan terbaiknya dan rencananya akan di pamerkan pada saat pernikahan putri Diana. ketika menyelesaikan lukisannya ia angat senang dan terus memandanginya lukisannya berukuran 2x8 m.
sambil memandangi ia berjalan mundur dan ketika berjalan mundur ia tidak melihat kebelakang. ia terus berjalan mundur da di belakangnya adalah ujung dari gedung tersebut yang tinggi sekali dan tinggal 1 langkah lagi dia bisa mengakhiri hidupnya.

seseorang melihat pemandangan tersebut , tapi tidak jadi karena dia khawatir si pelukis tersebut akan jatuh ketika kaget mendengar teriakannya. kemudian orang yang melihat pelukis tersebut mengambil kuas dan cat yang ada di depan lukisan tersebut dan mencoret-coret lukisan tersebut hingga rusak tentu saja pelukis tersebut sangat marah dan berjalan maju hendak memuku orang tersebut. tetapi beberapa orang yang ada di situ menghadang dan memperlihatkan posisi pelukis tadi yang nyaris terjatuh.

kadang kita telah melukiskan masa depan kita dengan sangat bagus dan memimpikan suatu hari indah yang kita idamkan.
tetapi kadang kala rencana itu tidak terlaksana karena Tuhan yang mempunyai maksud lain yang lebih baik.
Kadang-kadang kita marah dan jengkel terhadap Tuhan atu juga terhadap orang lain. Tapi perlu kita ketahui TUHAN menyediakan yang terbaik. Dia melihat apa yang tidak kita lihat

Minggu, 17 Februari 2013

Perbedaan

Dalam bahasa Inggris, kata "to like" berarti menyukai sedangkan kata "to love" berarti mengasihi. Sekarang apa perbedaan mendasar antara dua kata ini dalam hal memilih pasangan hidup? Menurut saya, menyukai mengacu pada kesenangan pribadi yakni menginginkan seseorang karena ia baik untuk kita dan menyenangkan hati kita. Sebaliknya, mengasihi merujuk kepada memberikan diri untuk seseorang.
Cara lain untuk membedakannya ialah, menyukai hanya meminta kita menjadi pengamat, sedangkan mengasihi mengharuskan kita menjadi pelaku. Misalnya, kita menyukai mainan, kendaraan, dan rumah, tetapi kita mengasihi adik, orangtua serta istri kita. Mainan dan kendaraan bertujuan untuk menyenangkan atau memudahkan kehidupan kita tanpa kita harus terlibat di dalamnya (menjadi bagian dari mainan atau mobil itu). Mengasihi keluarga menuntut kita untuk terlibat di dalamnya (menjadi bagian dari kehidupan mereka); dengan kata lain, kita mesti menjadi pelaku, bukan sekedar pengamat yang mencicipi kenikmatan objek tersebut.
Adakalanya kita dibingungkan dengan kata "suka" dengan "cinta". Tidak bisa disangkal, pada tahap awal pertemuan, rasa suka akan mendominasi hubungan kasih kita. Kita menyukai wajahnya, cara bicaranya, tertawa renyahnya, kelembutannya, kepemimpinannya, atau wibawanya. Namun seyogianya rasa suka ini bertumbuh menjadi rasa cinta yakni kerelaan untuk memberi yang terbaik dari diri kita demi yang terbaik untuknya. Jika metamorfosis ini tidak terjadi, maka kita pun akan terlibat dalam suatu relasi yang kerdil dan dangkal. Kita akan berhenti pada peran pengamat yang hanya menikmati tontonannya dengan penuh kekaguman. Yang lebih berbahaya lagi, kita akan menuntutnya untuk bersikap dan melakukan hal-hal yang dapat terus melestarikan kenikmatan dan kekaguman kita terhadapnya.
Berbeda dengan suka, kasih masih menyisakan benih-benih kekaguman tanpa membuat kita terpukau kaku dan pasif. Kasih melibatkan kita dalam hidupnya sebagai pelaku yang rela mengotorkan tangan, bukan sekedar sebagai penonton yang disenangkan oleh pertunjukkan yang indah.
Kasih bertanya, "Apa yang dapat kuberikan?", sedangkan suka bertanya, "Apa yang dapat kau berikan?". Saya kira istilah C.S. Lewis, "need-love", mencerminkan definisi menyukai yang telah saya jabarkan. Menurut Lewis, "need-love" merupakan kasih yang keluar dari kebutuhan dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan itu. Dengan kata lain, kita memilihnya menjadi istri atau suami karena ia akan dapat memberikan yang kita butuhkan. C.S. Lewis tetap menyebutnya, kasih, tetapi saya cenderung memanggilnya, suka.
Sekali lagi saya tegaskan bahwa suka pada dasarnya sesuatu yang alamiah dan bersifat netral. Rasa suka merupakan bagian awal dari rangkaian pertumbuhan relasi di mana pada puncaknya, kasihlah yang mencuat dengan indahnya. Problem muncul tatkala benih suka tetap tinggal sebagai biji suka dan tidak pernah bertumbuh menjadi pohon kasih. Pernikahan yang seperti ini akan ditandai dengan dua nada: frustasi dan kejam.
Kita merasa frustasi karena kita mengalami delusi sebab ternyata yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan. Kita terbangun dari mimpi dan melihat rupa pasangan kita yang sebenarnya -- ternyata dia bukan pangeran yang mengherankan kita. Dia tidak memberikan yang kita butuhkan bahkan kitalah yang harus mengisi kebutuhannya.
Kita juga bisa berubah kejam. Kita dapat terus menghujamnya dengan tuntutan demi tuntutan secara bertubi-tubi dan membabi buta. Kita tidak mau tahu akan realitas sebab kita merasa terpedaya dan terperangkap. Kita menganggap bahwa ia berhutang pemberian kepada kita. Kita menjadi kejam karena ternyata tontonan itu tidak menarik sama sekali. Rasa suka pun berubah menjadi benci.
Kembali kepada konsep "need-love" yang diutarakan C.S. Lewis, ternyata hubungan kasih memang sarat dengan kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk dikasihi, dihargai, dan keamanan. Ternyata pemilihan pasangan hidup juga tidak terlepas dari penentuan akan siapa yang kira-kira dapat memenuhi kebutuhan kita itu. Kita tidak memilih siapa saja; kita memilih dia yang berpotensi atau yang kita duga akan sanggup mencukupi kebutuhan kita. Selama kebutuhan itu tidak terlalu besar, biasanya hubungan nikah akan dapat berjalan langgeng. Namun jika kebutuhan itu terlalu menggunung, konflik pasti akan meletus.
Kesimpulannya adalah, sadarilah kebutuhan yang kita miliki itu dan akuilah harapan yang terkandung di dalam hati kita. Komunikasikanlah harapan itu kepada pasangan kita dan carilah jalan tengah agar kebutuhan itu dapat dipenuhinya tanpa harus terlalu melelahkannya. Semakin dini kita menyadari dan mengkomunikasikannya, semakin besar kemungkinan kita menyelamatkan pernikahan kita kelak.

LOVE IS

Cinta adalah sebuah kata yang paling romantis, cinta adalah suatu perasaan kepada orang lain, cinta itu buta, cinta itu gila. Banyak kata-kata yang mengartikan cinta.
Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia. Lukisan. Bukan difenisi. Ia disentuh sebagai sebuah situasi manusiawi, dengan detil-detil nuansa yang begitu rumit. Tapi dengan pengaruh yang telalu dahsyat. Cinta merajut semua emosi manusia dalam berbagai pristiwa kehidupannya menjadi sublih: begitu agung tapi juga terlalu rumit.
Cinta ditakdirkan menjadi kata tanpa benda. Tidak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat. Siapa yang tidak pernah mendengar kisah Romeo dan Juliet, Romeo membunuh diri ketika mendengar Juliet telah tiada, dan begitu juga dengan Juliet yang meminum racun ketika Romeo bunuh diri. Itulah betapa dahsyatnya cinta. Tetapi jika kita tidak bisa menggontrol kedahsyatan cinta, kita akan sesat untuk jangka waktu yang lama.
Tapi ketika kita memasuki masa remaja yang begitu indah dan mengenal namanya cinta. Dunia terasa berbunga-bunga. Setelah mengenal namanya cinta selanjutnya yaitu pacaran. Pacaran seperti halnya cinta yang tidak terdefenisikan dengan kata-kata. Ada yang bilang kalau lagi pacaran dunia ini terasa milik kita berdua, mungkin yang lain kontrak. Seharusnya Remaja tidak pacaran terlebih dahulu yang lebih di masa lagi belajar. Karena pacaran lebihh banyak keburukan dari pada manfaatnya. Walaupun banyak orang yang berkata kalau pacaran untuk menjadi semangat biar belajar, tapi itu semua tidak benar, orang yang pacaran ketika Ia sedang belajar yang semulanya satu jam setengah hanya tersisa sebuluh menit yang sisanya hanya untuk memikirkan kata-kata sang pacar tadi pagi, ataupun sibuk membalas sms sang pacar.
Dan bagi remaja yang tidak pacaran bukan karena tidak laku atau tidak dapat izin dari orang tua tetapi hnya karena Allah, adalah remaja pilihan. Remaja yang yakin sepenuhnya kepada Allah atas jodohnya, dan ia tidak ingin membuang-buang uang dan waktunya untuk pacaran. Dari pada mencurahkan rasa cinta kita kepada lawan jenis yang belum jelas masa depannya, lebih baik mencurahkan rasa cinta kepada Ayah dan Ibunda tercinta. Terutama kepada Ibu yang telah mengandung kita selama sembilan bulan dalam keadaan susah payah, melahirkan kita dengan taruhan nyawanya sendiri, menyusui kita selama 2 tahun ,dan masih banyak kebaikan ibu kita. Tidak sepantasnya Remaja lebih mementingkan pacarnya dari pada kedua orang tuanya yang begitu hebat luar biasa.
Marilah kita alihkan energi cinta kita bukan untuk melihat pacar adalah orang yang terbaik untuk kita tapi untuk mempersiapkan diri saat diberikan oleh Allah Jodoh.
Pecinta sejati bukanlah Ia yang memamerkan cintanya tapi pecinta sejati adalah iya yang siap berkomitmen kepada seseorang yang dititipkan oleh Tuhan untuk kita.