Suatu hari ada seorang pemuda sedang berada di depan
rumah tukang kayu. Saat tukang kayu itu pergi untuk beristirahat,
pemuda itu memungut paku-paku yang sudah tidak dipakai tentunya
dengan seizin tukang kayu tersebut.
Tukang kayu tersebut bertanya, “Anak muda, buat
apa kau memunguti paku-paku ini?” Pemuda itu pun menjawab, “Aku
hendak menjualnya di kota bila paku ini sudah terkumpul cukup
banyak.”
Tukang kayu tersebut terdiam sejenak kemudian
melanjutkan pembicaraan, “Bila kau ingin mendapatkan uang, kau bisa
bekerja denganku. Paku-paku yang kau kumpulkan ini tidak ada gunanya.
Saat kau menyimpannya terlalu lama maka akan berkarat. Lalu bagaimana
kau akan membawanya ke kota?”
Pemuda itu pun tertawa terbahak, “Aku akan
memikulnya karena aku masih muda.” Tukang kayu pun hanya bisa
memberi nasihat kepada pemuda itu, “Hidup itu adalah sebuah
pilihan. Hidup bebas atau hidup dengan memikul beban. Melepaskan
hal-hal yang tidak berguna atau tetap menyimpanannya seperti yang
sekarang kau lakukan.”
Saat dalam perjalanan, pemuda itu memikul sekarung
besar penuh dengan paku berkarat. Lama-lama teaganya melemah dan
paku-paku itu mulai menusuk-nusuk punggungnya sehingga terluka.
Dalam sebuah kehidupan kita pasti akan mendapat
“paku-paku” yang dapat melukai hati kita. Saat ada seseorang yang
menggoreskan sebuah luka dengan menggunakan “paku”, tidak sedikit
orang yang memungut “paku” itu dan menyimpannya.
Banyak orang lebih suka menyimpan dendam. Saat
dendam itu dipelihara, maka akan menimbulkan akar pahit. Akar pahit
akan membuat hidup kita tidak akan dama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar